Selasa, 28 Oktober 2008

Juventini Sukabumi

Marquee Tag - http://www.marqueetextlive.com

pre buy nintendo wii

Profile RS Bunut

RSUD. R. Syamsudin, SH. Kota Sukabumi
Jl. Rumah Sakit No. 1 Sukabumi 43113 Jawa Barat
Telp. 0266 225180 225181 Fax. 0266 212988
Email : rsu_syamsudin@sukabumi.wasantara.net.id , rsu_syamsudin@pdpersi.co.id



Direktur RS : -
Diresmikan : 8 Desember 1952
Kepemilikan : Pemda Sukabumi
Jumlah TT : 220 tt
Tipe RS : B Non Pendidikan
Jumlah SDM :
  • Tenaga Medis
    • Dokter Umum 11 Orang
    • Dokter Spesialis 28 Orang
    • Dokter Gigi 2 Orang
    • Dokter Gigi Spesialis 2 Orang
    • Residen - Orang
  • Perawat 204 Orang
  • Paramedis non perawat 37 Orang
  • Non Medis 258 Orang

+++ Fasilitas RS +++



PELAYANAN MEDIS :
  1. Medical Check Up
  2. Dokter Umum
  3. Dokter Gigi
  4. Dokter Spesialis/Sub-Spesialis:
    • Anak
    • Bedah
    • Kebidanan & Kandungan
    • Penyakit Dalam
    • Syaraf
    • THT
    • Mata
    • Paru
    • Kulit & Kelamin
    • Jantung
    • Bedah tulang
    • Rehabilitasi Medik
    • Paru
PELAYANAN PENUNJANG
  • Laboratorium Patologi Klinik
  • Laboratorium Patologi Anatomi
  • X-Ray
  • USG
  • ECG
  • Laparoskopi
  • Konsultasi Gizi
  • Farmasi
  • Fisioterapi

FASILITAS :

  • UGD 24 Jam
  • Rawat Jalan
  • Rawat Inap
  • Kamar Bedah

Motto : -


Visi : RSUD. R. Syamsudin, SH sampai dengan tahun 2005 akan menjadi RS pilihan utama masyarakat

Misi : Melaksanakan kegiatan peningkatan mutu seluruh pelayanan secara berkesinambungan dengan unggulan penyakit degeneratif

History

INTISARI
Latar Belakang: Sejak tahun 1995, WHO merekomendasikan program
Pemberantasan TBC dengan menggunakan strategi DOTS (Directly
Observed Treatment Shortcourse Chemotherapy). Strategi DOTS ini
dapat memberikan angka kesembuhan yang tinggi, sehingga Bank Dunia
menyatakan bahwa strategi DOTS merupakan strategi kesehatan yang
paling cost-effective.
Kinerja program P2TB di Kota Sukabumi dalam 3 tahun terakhir,
khususnya CDR selalu diatas target. Pencapaian tersebut belum termasuk
penemuan kasus dari rumah sakit, padahal rumah sakit sangat potensial
dalam penemuan kasus, karena masih ada sekitar 40 % penderita yang
memilih rumah sakit pada kunjungan pertamanya.
Sampai pertengahan tahun 2006, rumah sakit R.Syamsudin belum
melaksanakan strategi DOTS dalam penatalaksanaan kasus TBC yang
ditemukannya.
Tujuan: Mendeskripsikan bentuk implementasi strategi DOTS yang akan
dijalankan di RSUD.R.Syamsudin Kota Sukabumi.
Metode: Penelitian ini merupakan jenis penelitian action research karena
pada penelitian ini ada intervensi dan adanya partisipasi responden.
Populasi penelitian adalah RSUD. R. Syamsudin, SH. Kota Sukabumi,
sedang subjek penelitian adalah para stakeholder internal rumah sakit.
Metode analisis yang digunakan adalah dengan analisis deskriptif.
Hasil dan Pembahasan: Dari aspek model penerapan strategi DOTS
yang akan diterapkan, terdapat beberapa karakteristik: 1). Model yang
akan diterapkan tidak bersifat kaku, artinya semua proses akan di evaluasi
oleh tim DOTS rumah sakit dan penyempurnaan / perbaikan akan terus
dilakukan; 2). Poli DOTS hanya buka 2 kali tiap minggunya, yaitu pada
setiap hari Senin dan Rabu; 3). Poli DOTS untuk sementara berada di
salah satu ruangan di Poli Paru, namun telah disiapkan ruangan baru
yang permanen; 4). Sampai akhir tahun 2007, di Poli DOTS secara
bergantian akan diperbantukan tenaga pengelola program TBC dari
Puskesmas, yang akan membantu Poli DOTS dalam segi administasi
program.
Kesimpulan dan Saran: Model implementasi strategi DOTS yang akan
diterapkan di RSUD.R.Syamsudin, secara umum tidak jauh berbeda
dengan model penerapan strategi DOTS yang telah dibuat dan
dikembangkan oleh Komite DOTS Propinsi DIY dan tidak menyimpang
dari buku Pedoman Penerapan DOTS di Rumah Sakit yang diterbitkan
Depkes R.I. Diperlukan tim DOTS rumah sakit yang kuat agar jejaring bisa
berjalan efektif.

Menanggulangi virus FLU BURUNG

Infokom -- Mengantisipasi dan menangggulangi merebaknya kasus Flu Burung di Indonesia perlu segera diambil langkah, melalui penyebaran informasi penyakit tersebut, agar masyarakat tidak panik, akan tetapi tetap waspada.

Flu burung merupakan penyakit influenza yang pada umunya menyerang segala jenis unggas, disebabkan oleh virus influenza tipe A ( H5N1) dari family Orthomyxoviridae (Avian Influenza/AI), Virus ini dapat menimbulkan gejala penyakit pernafasan pada unggas, mulai ringan sampai yang bersifat fatal dan dapat menular pada manusia.

Sejumlah negara telah tertular penyakit ini dan bersifat pandemi di benua asia seperti korea selatan, jepang, Vietnam, Thailand, Taiwan, kamboja, hongkong, laos, china dan Pakistan serta Indonesia. Di Indonesia sendiri, flu burung mulai masuk sekitar oktober 2003. dalam kurun waktu 7 tahun terakhir penyakit flu burung, cendderung meningkat dan berakibat kematian pada penderitanya, maka berbagai upaya perlu dilakukan dalam penanggulangannya, mengingat flu burung tersebut berpotensial sebagai wabah pandemi yang dapat berdampak besar terhadap masyarakat.

Upaya mengantisipasi merebaknya penyakit flu burung ini, Gubernur jawa barat, telah mengambil langkah langkah terobosan melalui dinas instansi terkait, dengan gencar melakukan sidak ke daerah kota kabupaten, sekaligus mensosialisasikannya tentang indikasi bahaya penyakit flu burung dan cara penanggulangannya, sebanyak lebih kurang 19 rumah sakit di jawa barat, termasuk rumah sakit Syamsudin SH, ditetapkan sebagai salah satu rumah sakit rujukan inter medite bagi pasien pengidap flu burung, avian influenza ( AI) , untuk wilayah barat dan selatan daerah jawa barat. Karena menurut gubernur Jawa Barat, H. Dany Setiawan MSi , rumah sakit milik pemda kota sukabumi ini dinilai telah memiliki fasilitas memadai, seperti 4 klas ruang isolasi, peralatan medis serta laboratorium.

Menurut Direktur RSUD. Syamsudin SH, dr. Suherman MM fihaknya akan melayani perawatan inter medite pada pasien penederita AI dari kota/kabupaten sukabumi dan cianjur. “ Sebelumnya empat ruangan isolasi ini sengaja dibangun untuk pasien HIV, AIDS, Sars, Napza dan penderita kejiwaan, namun kami siap melayani pasien AI dengan perawatan intermedite, hanyak kami belum memiliki pentilator “, ujarnya.

Dijelaskan Dr. Herman fihaknya belum bisa membeli pentilator karena harga barang tersebut mencapai Rp 500 juta, sehingga beliau berharap, agar [pemerintah dapat menyediakan alat tersebut, ´Jika sebelumnya penderita AI harus dirujuk ke Rumah sakit Suryantri saroso Jakarta dengan biaya Rp 10 sampai Rp 12 juta, kini bisa dirawat di RSUD Syamsudin SH, meski demikian jika kondisinya sudah tidak bisa ditangani , maka merujuk ke RS Suryantri saroso “ujarnya.

Lebih lanjut dr Suherman MKM berharap, agar pemerintah dapat menanggung biaya pengobatan pasien AI, jangan sampai dibebankan ke rumah sakit, karena sesuai dengan komitmen pemerintah dalam menanggulangi penyakit yang mengancam jiwa ini.

Kepala seksi kesehatan khewan pada dinas pertanian dan peternakan kota sukabumi, Drh, Ate Rachmat, fihaknya telah melakukan upaya maksimal, pencegahan merebaknya virus AI dari daerah tetangga kabupaten ke kota sukabumi, bukan saja akan terancam, tapi malahan akan tertular AI, mengingat jaraknya sangat dekat, karena kabupaten sukabumi merupakan salah satu daerah yang telah terindikasi AI.

“Kami telah melakukan dua kali penyemprotan desinspektan di beberapa kandang peternak pasar unggas, juga memberikan vaksin, bahkan bulan ini, kami canangkan sebagai bulan dissinspektan, seluruh unggas milik peternak dan pedagang melakukan penyemprotan pada setiap kendaraan pengangkut ternak yang melintasi kota sukabumi, “ungkapnya”.

Menyinggung masalah penanggulangan penyakit AI di Kota Sukabumi, Walikota, H. Mokh. Muslikh Abdussyukur, SH MSi menegaskan dalam waktu tidak terlalu lama, akan mengupayakan penyempurnaan sarana prasarana gedung isolasi yang diperuntukkan mengisolasi pasien-pasien penyakit menular AI, Sars, HIV, AID dan gangguan jiwa, namun menurut penilaian tim dari jawa barat, gedung yang hampir rampung ini perlu disempurnakan, termasuk pengadaan pentilator yang harganyamencapai Rp 500 juta. Dan Walikota Sukabumi, berjanji akan membantu alat sangat vital tersebut, karena RSUD Syanssudin baru memiliki 2 unit dan itupun yang satu sudah tidak laik pakai (rusak).